Inovasi dalam dunia web semakin marak. Teknologi Web 2.0 yang mulai dikembangkan sekitar tahun 2004 kini mulai marak dibicarakan. Web 2.0 merupakan teknologi web yang menyatukan teknologi-teknologi yang dimiliki dalam membangun web. Penyatuan tersebut merupakan gabungan dari HTML, CSS, JavaScript, XML, dan tentunya AJAX.
Menurut pakar teknologi informasi dan Ketua Masyarakat Telematika Indonesia, Maswigrantoro dalam workshop tahunan HP (Pioneering the Future with HP), web 2.0 ini merupakan perpindahan dari website statis menjadi website yang kolaboratif.
Bila melihat ke belakang, dahulu pembuat web menjadi resource informasi yang ada. Saat ini Web 2.0 lebih mengarah kepada interaksi, sehingga orang tidak hanya menjadi pembaca yang pasif. Dengan kata lain, pengguna Internet dan penyelenggara Internet bisa berinteraksi dan menjadi bagian dari teknologi. Selain itu, web 2.0 lebih mengarah pada semangat, konsep, dan prinsip dibandingkan dengan definisi.
Sementara itu, web 2.0 sendiri memiliki karakter. Pertama, human characteristics yang terdiri atas collective intelligence (bagaimana bisa mengatur pekerjaan bersama) dan user yang menjadi produser. Kedua, karakteristik fungsional dengan RSS (Real Simple Syndication) yang memudahkan pengguna Internet agar tidak melakukan sesuatu berulang-ulang. Ketiga, karakteristik teknis, yaitu thin clients, light programming, dan mash-up. Karakteristik ini juga membuat web 2.0 menjadi suatu platform.
Dengan melihat karakteristik yang ada, tentunya tidak semua web dapat dikategorikan sebagai web 2.0. Dengan demikian, kriteria web 2.0 adalah konten yang bisa dibagi atau dikolaborasikan. Dengan kriteria ini, konten bisa berasal dari pengunjung, dan tidak hanya bergantung dari penyelenggara web. Selain itu, dengan kriteria ini, jaringan sosial bisa terbentuk dan berbagai macam konten dapat diisi. Kriteria kedua, dalam web 2.0 diperlukan interaksi antara developer, investor, advertiser, dan pengunjung. Interaksi antara empat hal inilah yang menjadi kunci sukses web 2.0.
Selain itu, web 2.0 diaplikasikan sebagai bentuk penyajian halaman web yang bersifat sebagai program desktop pada umumnya seperti Windows. Fungsi-fungsi pada penerapannya sudah bersifat seperti desktop, seperti drag and drop, auto-complete, dll. Aplikasi web 2.0 disajikan secara penuh dalam suatu web browser tanpa membutuhkan teknologi perangkat yang canggih dari sisi user.
Lantas, bagaimana tren web 2.0 ke depan? Jawabannya, web 2.0 ke depan akan memasuki ranah perangkat digital. Hal ini beralasan mengingat perangkat digital sendiri telah menjadi benda massal dan mengalami perkembangan yang dinamis. Dengan demikian, masalah security web 2.0 ini akan sangat bergantung pada back-end-nya.
Web 2.0 di Indonesia
Masalah web 2.0 di Indonesia saat ini sudah mulai booming. Di berbagai forum di Indonesia sudah ada sounding web 2.0. Dengan kata lain, web 2.0 sudah mulai dikenal di Indonesia. Hal ini memberikan inspirasi bagi demokrasi 2.0 di Indonesia yang menjadi hal di balik kemunculan web 2.0 di Indonesia.
Selain itu, web 2.0 di Indonesia juga mengundang partisipasi. Sebagian besar partisipan web 2.0 di Indonesia berusia 15-45 tahun. Namun, hal yang paling mengejutkan adalah web 2.0 di Indonesia belum berkembang, bahkan cenderung memberi implikasi negatif dan cyber porno pun menjadi marak.
Berkaca pada fenomena tersebut, harus dilihat di Indonesia apakah web 2.0 merusak atau mendukung bisnis. Apalagi, dalam web 2.0 dikandung unsur kebebasan berekspresi, pertukaran informasi, inovasi, dan sikap menghormati orang lain. Dengan demikian, untuk perusahaan besar, jika ingin aplikasi web 2.0 berhasil, harus diterapkan pengelolaan budaya supaya lebih responsif terhadap perkembangan perusahaan.